ETNOMETODOLOGI :
Suatu Penelitian Kualitatif
ETHNOMETHODOLOGY:
A Research Qualitative
Oleh:
Farid Hamid Umarella [1]
ABSTRACT
Ethnomethodology is an American sociology stream. Ethnomethodology is the invention of Harold Garfinkel, whose seminal work is Studies in Ethnomethodology in 1967. Ethnomethodology is reckoning fact of the social groups, and the social groups can comprehend and analyze their self. In simple terms, ethnomethodology seeks to understand how the taken-for-granted character of everyday life is accomplished. The methodology in the term refers not to scientific methodology, but to the methods people use to construct sensible, orderly ways of doing things. These studies more comprehensive to common sense reality, which starting from phenomenology tradition from Schultz. The research domain qualitative that is develops by pass wide and analytical band to various rich construction cover conversation analysis and interpretive method.
Key Words: Ethnomethodology, Common Sense.
A. Pendahuluan
Perkembangan etnometodologi sebenarnya relatif baru bila dibandingkan dengan pendekatan Struktural fungsional dan interaksionis-simbolis yang sudah mapan. Pendekatan etnometodologi memiliki ragam yang berbeda, karena subject matternya adalah berbagai jenis perilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak muncul kajian lanjutan sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Etnometodologi dengan analisis percakapannya tidak dapat dipungkiri juga memberi pengaruh yang besar dalam agenda penelitian komunikasi. Khususnya menyangkut konsep percakapan sebagai suatu bentuk interaksi.
Orang sering mengira etnometodologi adalah suatu metodologi baru dari etnologi, sering juga dipertukarkan dengan etnografi. Etnometodologi yang diperkenalkan oleh Harold Garfinkel adalah suatu ranah ilmiah yang unik, sekaligus radikal dalam kajian ilmu sosial. Dikatakan radikal karena dikenal keras dalam mengkritik cara-cara yang dilakukan para sosiolog sebelumnya.
Pada tataran teoretis, Harold Garfinkel di tahun 1940 telah menolak pemikiran Emile Durkheim tentang fakta sosial, baginya “aktor-sosial” bersifat menentukan dan tidak pernah dibatasi oleh struktur dan pranata sosial. Dalam pemikiran etnometodologi, para sosiolog yang menitikberatkan pada fakta sosial itu disebut sebagai “kesepakatan si-dungu” (judgment-dopes), sebab kalangan etnometodologi melihat fakta sosial sebagai prestasi anggota, sebagai produk aktivitas metodologi anggota, bersifat lokal dan dihasilkan secara endogenous untuk mengatasi masalahnya sendiri (George Ritzer 1996: 235, Denzin 1994:264).
B. Perspektif yang Mengilhami Etnometodologi
Etnometodologi diilhami oleh karya-karya Talcot Parson dan Alfred Schutz. Sumber lain yang mempengaruhi karyanya adalah Durkheim, Weber, Mannheim, Edmun Husserl, Aaron Gurwitsch, Maurice Merleau-Ponty dan lain-lain. Talcot Parson sendiri adalah promotor Garfinkel ketika melanjutkan pendidikan doktornya pada tahun 1946 sampai dengan 1952 di Universitas Harvard.
Walaupun Garfinkel telah mengakui adanya pengaruh dari para pemikir lain, tetapi terbukti bahwa Schutz dengan fenomenologinya merupakan sumber utama dari etnometodologi. Wajarlah jika. George Ritzer (1975) melihat fenomenologi dan etnometodologi sebagai dua komponen teoritis dari “paradigma definisi sosial” ; Monica Morris (1977) melihatnya sebagai dua variasi dari apa yang disebutnya “sosiologi kreatif”; Jack Douglas (1980) dan Andrew Weigert (1981) memasukkan mereka sebagai “sosiologi kehidupan sehari-hari; dan Richard Hilbert (1986) melihatnya sebagai variasi “konstruksi sosial” (George Ritzer 1992: 371).
Bagi Schutz, dunia sehari-hari merupakan dunia intersubjektif yang dimiliki bersama orang lain dengan siapa kita berinteraksi. Di sini terlihat teori Schutz, sangat mirip dengan interaksionis simbolis dari George Herbert Mead, tetapi menurut Schutz dunia intersubyektif terdiri dari realitas-realitas yang sangat berganda, yang mana realitas sehari-hari tampil sebagai realitas yang utama. Schutz memberikan perhatiannya kepada dunia sehari-hari yang merupakan common sense atau diambil begitu saja. Realitas seperti inilah yang kita terima, dengan mengenyampingkan setiap keraguan.
Realitas common-sense dan eksistensi sehari-hari itu dapat disebut sebagai kepentingan praktis kita dalam dunia sosial. Kepentingan praktis ini dilawankan dengan kepentingan ilmiah atau teoretis kaum ilmiawan. Teori ilmiah mencoba meneliti dan memahami dunia secara sistematis. Menurut Schutz, orang bergerak bukan berdasarkan teori ilmiah, tetapi oleh kepentingan praktis. Dunia intersubjektif ini sama-sama dimiliki dengan orang lain yang juga mengalaminya.
Pembahasan realitas common sense oleh Schutz ini memberi Garfinkel suatu perspektif untuk melaksanakan studi etnometodologinya, dan menyediakan dasar teoretis bagi risalah-risalah etnometodologis yang lain. Etnometodologi secara empiris telah mencoba menunjukkan observasi filosofis yang dilakukan Schutz.
Sumber lain dari etnometodologi.adalah interaksi simbolik khususnya “Aliran Sosiologi Chicago” merupakan asalnya, dan Robert Park, Ernest Burges dan William I. Thomas merupakan tokoh-tokoh utama aliran tersebut. Etnometodologi bersama dengan perspektif labeling theory dalam studi tentang penyimpangan perilaku (deviance) dan perspektif dramaturgis dari Erving Goffman, bahkan dapat dianggap varian-varian interaksionisme simbolik (Deddy Mulyana 2001:68). Etnometodologi mempunyai sejumlah persamaan dengan pendekatan ini, karena sama-sama berpandangan bahwa realitas dunia sosial bersifat subjektif. (Poloma 2003:278). Selain itu dalam interaksi tatapmuka (face to face) kesamaan (commonalities), termasuk sebagai inti analisa, menekankan pentingnya bahasa, dan mencoba menjelaskan realitas empiris dari manusia yang sedang diteliti.
Keotentikkan pengetahuan sosiologi, menurut para interaksionis, terletak di dalam pengalaman langsung dari interaksi sehari-hari. Para aktor memainkan peran kreatif dalam mengkonstruksi kehidupan sehari-hari mereka.
Untuk jauh tentang posisi etnometodologi dengan perspektif yang lain dapat dilihat dalam bagan berikut:
Tokoh dan Aliran yang Mengilhami Etnometodologi
Aliran Chicago I:
- William Thomas 1863-1944)
- Robert E. Park (1864-1944)
Aliran Chicago II:
- E. Hughes 1897-1983)
- Herbert Blumer (1901-1987)
Interaksionisme Simbolik:
- Howard S. Becker (1928)
- Anselm Strauss (1916-1998)
- Erving Goffman (1922-1982)
George H. Mead
(1863-1931)
Etnometodologi:
- Garfinkel (1917)
- A. Cicourel
Fenomenologis:
Alfred Shutz
(1899-1959)
Analisis Percakapan:
Harvey Sacks
Max Weber
( 1864-1920)
Talcott Parsons
(1902-
Sumber: Diadaptasikan dari Antoni Giddens, etc.2004:118
C. Apa itu Etnometodologi ?
Etnometodologi adalah sebuah aliran sosiologi Amerika, yang dikemukakan pada awalnya oleh Harold Garfinkel dalam tahun 1940-an, dan secara sistematis dikenal sejak dipublikasikannya karya Harold Garfinkel di tahun 1967, yaitu: Studies in Ethnomethodology (George Ritzer 1992: 396).
Mehan and Wood dalam Neuman (1997:346-347) mendefinisikan etnometodologi sebagai keseluruhan penemuan, suatu metode, suatu teori, suatu pandangan dunia, pandangan etnometodologi berasal dari kehidupan ... etnometodologi berusaha memaparkan realitas pada tingkatan yang melebihi sosiologi ... ia berbeda banyak dari sosiologi dan juga psikologi. Dengan sederhana etnometodologi memiliki batasan sebagai kajian common sense, etnometodologi sebagai kajian dari observasi penciptaan yang digunakan terus menerus dalam interaksi sosial dengan lingkungan yang sewajarnya.
Heritage (dalam George Ritzer 1996:235) menyatakan bahwa etnometodologi dapat didefinisikan sebagai kajian mengenai pengetahuan, aneka ragam prosedur dan pertimbangan yang dapat dimengerti oleh anggota masyarakat biasa, mereka bisa mencarai jalan dan bisa bertindak dalam keadaan di mana mereka bisa menemukan dirinya sendiri. Menurut Muhadjir (2000:129-130) etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri.
Istilah etnometodologi berkaitan dengan konsepsi teoretik fenomena sosial. Etnometodologi mengacu pada kegiatan ilmiah yang menganalisis metode-metode atau prosedur-prosedur yang digunakan manusia untuk menuntun mereka dalam berbagai kegiatan kehidupan kesehariannya. Dengan demikian, etnometodologi dapat didefinisikan sebagai ilmu etnometode, prosedur-prosedur yang disebut Garfinkel sebagai “penalaran sosiologi praktis” (Alain Coulon 2004:x-xi).
Singkatnya, etnometodologi menyangkut studi mengenai kegiatan manusia sehari-hari, khususnya aspek-aspek interaksi sosial yang diambil begitu saja. Garfinkel secara sederhana (Poloma, 2003:281) membatasi etnometodologi sebagai penyelidikan atas ungkapan-ungkapan indeksikal dan tindakan-tindakan praktis lainnya sebagai kesatuan penyelesaian yang sedang dilakukan dari praktek-praktek kehidupan sehari-hari yang terorganisir. Termasuk pendekatan yang menjelaskan “pertanggungjawaban tindakan praktis yang rasional” ini ialah:
1). Perbedaan antara ungkapan yang obyektif dan yang indeksikal.
2). Refleksivitas berbagai tindakan praktis, dan
3). Kemampuan menganalisa tindakan tersebut dalam konteks sehari-hari.
Jadi yang menjadi masalah bagi para ahli etnometodologi ialah bagaimana (dengan metode apa) orang menangkap dunia mereka sehari-hari. Para ahli tersebut menyinggung dengan cara bagaimana orang menerima keteraturan atau pola-pola realitas mereka. Bahasa dan makna yang dikaitkan pada simbol-simbol signifikan yang demikian merupakan sumber-sumber penting dari ungkapan indeksikal.
Secara umum etnometodologi menurut Philip Jones (1985:75) memiliki tiga asumsi:
Kehidupan sosial sifatnya rentan. Apapun bisa terjadi dalam interaksi sosial.
para aktor tidak pernah menyadari ini,
mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan yang praktis yang penting untuk membuat dunia itu nampak seperti yang diinginkannya.
Istilah Etnometodologi
Di dalam suatu seminar pada tahun 1967 di Purdue, Garfinkel menceritakan (Alain Coulon 2004:55) bahwa pada tahun 1954, ia diajak untuk meneliti anggota dewan juri di pengadilan oleh Fred Strodtbeck dan Saul Mendlovitz, yang mengajar di Fakultas Hukum di Chicago. Strodtbeck meletakkan alat perekam secara tersembunyi di ruang rapat pengadilan Wichita, agar dapat merekam kegiatan musyawarah para juri. Garfinkel terkejut oleh kenyataan bahwa para juri yang tidak diajarkan teknik-teknik hukum mampu menguji, mengkaji tindak pidana dan mengutarakan kesalahan para pelakunya. Untuk melakukan itu, mereka menggunakan berbagai prosedur dan logika penilaian bersama, seperti membedakan benar dan salah, kemungkinan dan ketepatan; mereka mampu mengevalusi ketepatan argumen yang dikemukakan selama proses pengadilan.
Dalam kegiatan tersebut kita melihat kehadiran semacam praktek evaluasi dan penilaian yang dapat dideskripsikan, tetapi Garfinkel belum mempunyai istilah yang tepat untuk hal tersebut. Pada tahun 1955, ia menemukan istilah etnometodologi secara kebetulan. Ketika sedang membaca katalog-katalog berkenaan dengan dokumen-dokumen etnografik:
“Pada saat itu saya sedang meneliti dokumen-dokumen lintas budaya di Yale. Saya membolak-balik katalog tanpa bermaksud menemukan kata tersebut. Saya membaca secara sepintas judul-judul, dan saya sampai pada bagian etnobotanik, etnofisiologi dan etnofisik. Ketika itu saya sedang berurusan dengan para juri yang mengaplikasikan suatu metodologi, tetapi bagaimana menamakannya?
Beginilah kata etnometodologi digunakan pada awalnya. Etno tampak mengacu pada cara bagaimana seorang anggota memiliki pengetahuan umum mengenai masyarakatnya, yaitu pengetahuan “tentang apa yang seharusnya”. Jika berkaitan dengan etnobotanik, kita harus berurusan dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki para anggota tentang metode-metode yang tepat untuk mengkaji hal-hal botanik. Dari cara yang sederhana inilah, istilah etnometodologi dimaknakan”.
(Garfinkel, dalam Alain Coulon 2004:56-57)
D. Etnometodologi Dalam Ranah Penelitian Kualitatif
Etnometodologi memang memiliki kekuatan sebagai metode yang otonom, terutama untuk mengupas berbagai masalah sosial. Etnometodologi merupakan kelompok metode dalam ranah penelitian kualitatif yang memusatkan kajiannya pada realita yang memiliki penafsiran praktis. Ia merupakan pendekatan pada sifat kemanusiaan yang meliputi pemaknaan pada perilaku nyata (Denzin and Lincoln 1994:204).
Perkembangan penelitian dengan pendekatan ini memiliki ragam yang berbeda, karena subjek matternya adalah aneka jenis perilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak muncul jenis kajian lanjutan sesuai dengan disiplin ilmu tertentu, termasuk tentu saja terhadap ilmu komunikasi.
Etnometodologi memiliki berbagai macam variasi dalam penelitiannya. Maynard dan Clayman (dalam George Ritzer 1996:337) menggambarkan sejumlah variasi kerja Etnometodologi, antara lain:
1). Studi etnometodologi yang berlatarbelakang Analysis Institutional (Studies of Institutional Setting).
Studi etnometodologi pertama terjadi dalam setting sambil lalu dan non institutional seperti di rumah. Kemudian berkembang untuk mempelajari praktek-praktek keseharian dalam setting institutional yang lebih luas, seperti dipengadilan, klinik medis dan kantor polisi. Tujuan dari studi semacam ini adalah untuk memahami cara masyarakat dalam setting tersebut melakukan tugas-tugas resminya dalam proses pembentukan institusi. Penelitian sosiologi konvensional dari setting pranata semacam ini menitikberatkan pada struktur, aturan-aturan formal dan prosedur resmi untuk menerangkan apa yang masyarakat lakukan dalam lingkup mereka.
2). Studi etnometodologi yang menaruh perhatian pada Analisis Percakapan (conversation analysis).
Analisis Percakapan merupakan salah satu ranah yang paling berkembang dan paling kaya dalam etnometodologi. Analisis percakapan dianggap sebagai program yang penting dan paling sempurna dari etnometodologi. Praktek ini dibangun oleh Harvey Sack, di pertengahan tahun enam puluhan, dengan menjadikan percakapan sebagai tema utama penelitiannya.
Analisis percakapan adalah suatu penelitian tentang struktur dan ciri khas formal bahasa yang dilihat dalam penggunaannya dari sisi sosial. Menurut Zimmerman, 1988 (dalam George Ritzer 1992:397), tujuan dari analisis percakapan adalah untuk memahami secara mendetail struktur fundamental dari interaksi percakapan.
Lebih lanjut Zimmerman, 1988 (dalam George Ritzer 1992:397) merangkum dasar-dasar analisis percakapan dalam lima premis.
a. Analisis percakapan mensyaratkan adanya kumpulan dan analisis data yang mendetail. Data ini meliputi tidak hanya kata-kata tetapi juga keragu-raguan, desah nafas, sedu sedan, gelak tawa, perilaku non verbal dan berbagai aktivitas lain. Semua itu menggambarkan perbuatan percakapan aktor yang terlibat.
b. Bahkan detail percakapan harus dianggap sebagai suatu prestasi. Aspek-aspek percakapan tidak diatur oleh etnometodolog, aspek tadi diatur oleh aktivitas metodis dari para aktor itu sendiri.
c. Interaksi pada umumnya dan percakapan pada khususnya mempunyai sifat-sifat yang stabil dan teratur hingga keberhasilan para aktor akan dilibatkan.
d. Landasan fundamental dari percakapan adalah organisasi yang sequential.
e. Keterikatan bidang interaksi percakapan diatur dengan dasar lokal atau dengan bergilir.
E. DAFTAR PUSTAKA
Coulon, Alain. (Terj. Jimmy Ph. PAAT.). 2004. Etnometodologi. Yayasan Legge Mataram.
Cuff, E.C., & G.C.F. Payne (eds). 1981. Perspectives in Sociology. George Allen & Unwin Publishers, London.
Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln (eds.) 1994. Handbooks of Qualitatitive Research. Sage London.
Giddens, Anthony and Jonathan Turner (ed). 1987. Social Theory Today. Standford University Press California.
Giddens, Anthony, Daniel Bell, Mitchel Forse. 2004. Sosiologi, Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Irving, M, Zeitlin. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jones, Philip. 1985. Theory and Method in Sociology. A Guide For The Beginner. University Tutorial Press Limited, London.
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosda, Bandung.
Neuman, W. Lawrence. 1997. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. 3 rd Edition. Allyn and Bacon, Boston.
Poloma, Margaret, M., 2003. Sosiologi Kontemporer. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Ritzer, George. 1996. Modern Sociological Theory. McGraw-Hill. Inc, Singapore
-----------. 1992. Sociological Theory. McGraw-Hill. Inc., Singapore
-----------, 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Rajawali Press, Jakarta.
[1] Penulis adalah mahasiswa Program Doktor (S3) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
APA KABAR !!!
Selamat datang di blog saya ............
Selasa, 20 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar